Menciptakan Teknologi Informasi Dalam Bisnis Internasional
Teknologi informasi adalah enabler yang menjadikan suatu transaksi bisnis yang tidak dapat terbayangkan sebelumnya menjadi suatu kenyataan, bahkan mampu menempatkan perusahaan selangkah lebih maju dari perusahaan pesaing. Teknologi informasi bukan dipandang hanya sebagai teknologi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dikenal sebelumnya, namun dipandang sebagai teknologi yang menjanjikan berbagai kesempatan bisnis yang tidak ada sebelumnya. Berfikir induktif atas teknologi informasi merupakan cara yang banyak ditempuh oleh para praktisi dalam mengekplorasi kemampuan teknologi informasi untuk menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru yang terbuka bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis.Berbeda dengan cara berfikir deduktif, yang melihat problem lebih dahulu baru kemudian mencari pemecahan dengan teknologi informasi, berfikir induktif dengan menyadari keuanggulan teknologi informasi dalam menawarkan pemecahan masalah, baru kemudian mencari masalah dalam bisnis yang belum pernah diketahui sebelumnya. Seringkali suatu masalah baru dianggap sebagai masalah setelah teknologi informasi menjanjikan pemecahan atas masalah tersebut.
Sebagai contoh adalah perhitungan bunga atas rekening tabungan. Sebelum BNI 46 dengan produknya Taplus menghitung bunga rekening secara harian, maka mendadak masyarakat menyadari bahwa cara perhitungan bunga atas rekening tabingan sekali setahun atas saldo terendah merupakan problem. Taplus tidak mungkin diluncurkan tanpa teknologi informasi. We are all continually faced with a series of great opportunities brilliantly disguised as unsolvable problems (John W. Gardner).
Berdasarkan pandangan induktif terhadap teknologi informasi tersebut, pemanfaatan teknologi informasi dalam bisnis menjadi sangat ekstensif dan pesat.
Artikel terkait: Cara Penerapan Teknologi Untuk Strategi Bisnis Yang Sukses
Pemanfaatan secara ekstensif teknologi informasi dalam bisnis mengubah secara mendasar cara perusahaan melaksanakan bisnis. Transaksi bisnis menjadi tidak lagi dilaksanakan melalui kertas, namun dilaksanakan sepanjanng jalan raya elektronik, denngan memanfaatkan share database, electronic fund transfer, dan electronic data interchange. Sistem otorisasi berjenjang yang sangat berat mewarnai pelaksanaan transaksi bisnis di masa lalu, digantikan dengan pemanfaatan decision support system dalam memanfaatkan informasi yang disimpan dalam share database.
Kesempatan ini timbul sebagai akibat digunakannya core beliefs baru dalam memandang pemasok dan custemer berikut ini :
- Bahwa bisnis merupakan mata rantai yang menghubungakan pemasok dengan custemer. Keberadaan dan kelangsungan hidup suatu perusahaan sangat ditentukan seberapa fungsionalnya perusahaan sebagai mata rantai yang menghubungkan pemasok dengan custemer.
- Bahwa pemasok dan custemer merupakan mitra dalam bisnis. Kualitas hubungan kemitraan jangka panjang tersebut menentukan keberadaan dan kelangsungan hidup perusahaan.
Berdasarkan core beliefs tersebut, sistem informasi akuntansi perusahaan dibangun untuk menjalankan transaksi bisnis antara perusahaan dengan pemasok dan customer-nya. Custemer dan pemasok diberi kesempatan untuk mengakses ke database perusahaan.
Berdasarkan core belief ini, manajemen perusahaan merancang sistem kuntansinya sebagai berikut :
(1) batas sistem akuntansi mencakup sistem akuntansi pemasok, (2) transaksi dengan pemasok dipicu secara elektronik dan informasi secara elektronik dikirim ke pemasok melalui fasilitas EDI (elektronic data interchannge), (3) transaksi dialui dan dicatat secara elektronik dan pembayaran kepada pemasok dilaksanakan melalui fasilitas EFT (electronic funds transfer). Sistem akuntansi untuk menjalankan transaksi bisnis dengan pemasok berjalan secara otomatis tanpa campur tangan manusia. Transaksi bisnis berjalan melalui jalan raya elektronik.
Transaksi bisnis yang sangat sarat dengan teknologi informasi memerlukan teknik pengukuran, pencatatan dan information retrieval yang sangat berbeda dengan teknik yang digunakan dalam transaksi bisnis yang dilaksanakan secara manual oleh karena itu, para praktisi akuntansi dituntut untuk senantiasa melakukan eksplorasi kemampuan teknologi untuk menempatkan perusahaan pada posisi yang memiliki keunggulan kompetritif dengan merekayasa transaksi melalui jalan raya elektronik. Pendidikan akuntansi menjadi suatu kebutuhan dalam information age economy ini.
Baca juga: Memahami Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Cukup sekian pembahasan kali ini tentang Teknologi Informasi Dalam Bisnis Internasional. Jika ada kekurangan saya mohon maaf jika berkenan mau menambahi atau ingin berbagi dengan pengujung yang lain silahkan berkomentar di bawah ini Terimakasih salam sukses utnuk kita semua.
Jika Bermanfaat Ayo Bagikan pengalaman Anda Juga di Sini. Terimakasih Salam Sukses :)
EmoticonEmoticon