6 Apr 2018

Saham Telkom Dan Astra Turun, Ada Kesempatan Untuk Mengoleksi!

Saham Telkom Dan Astra Turun

Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom dan PT Astra International Tbk masuk dalam rekomendasi analis untuk pekan ini. Dalam beberapa waktu terakhir, dua emiten raksasa di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini sempat masuk dalam tren penurunan. Namun kini, Analis menyebut pelaku pasar bisa memanfaatkan momentum untuk melakukan transaksi beli pada saham Telkom dan Astra.

Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido Hutabarat mengungkapkan saham Telkom berpeluang tumbuh tipis pada pekan ini, yang didorong oleh rencana ekspansi perseroan yang akan menambah 20 ribu base tranceiver station (BTS) 4G. Apabila sesuai rencana, maka jumlah BTS 4G Telkom pada 2018 menjadi 40 ribu. Tahun lalu, jumlah BTS 4G baru sebanyak 20 ribu.

Saham Telkom Dan Astra sedang Turun
"Mereka lagi gencar mengembangkan ekosistem digital. Pembangunan 20 ribu BTS 4G akan memengaruhi kinerja Telkom,"
Artikel terkait:  Pengertian Modal Asing Dan Modal Sendiri Sebagai Pendanaan Perusahaan

Selain itu, pemerintah juga akan fokus pada pengembangan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia bagian timur. Ia menilai dampak pengembangan tersebut menambah sentimen positif bagi perusahaan telekomunikasi pelat merah ini.
"Bisa menambah penjualan nomor dan kuota di Indonesia bagian timur. Sekarang bagian timur Indonesia memang masih dalam pengerjaan jalan tol dan komunikasi," papar Kevin.
Sepanjang pekan lalu, saham Telkom sebenarnya sudah mulai menunjukan perbaikan dengan pertumbuhan tipis 0,27 persen ke level Rp3.600 per saham dari sebelumnya Rp3.590 per saham. Namun, angka itu masih lebih rendah dibandingkan dengan harga saham Telkom pada awal Maret 2018 yang menyentuh Rp4.000 per saham. Terpantau penurunan harga saham terjadi sejak pertengahan Maret 2018.
"Penurunan terjadi karena pelaku pasar tidak puas dengan tingkat pertumbuhan kinerja keuangan Telkom pada tahun lalu," terang dia.
Mengutip laporan keuangan Telkom, perseroan hanya membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 14,41 persen sepanjang tahun lalu menjadi Rp22,14 triliun. Sementara, pertumbuhan laba bersih pada 2016 lalu mencapai 25 persen. Laba bersih Telkom pada 2015 tercatat Rp15,48 triliun, sedangkan pada 2016 tumbuh menjadi Rp19,35 triliun. "Kinerja Telkom 2017 membuat pelaku pasar menjual sahamnya, terutama dari pelaku pasar asing," kata Kevin. Namun, dengan berbagai potensi pertumbuhan kinerja keuangan Telkom pada waktu mendatang, Kevin optimistis pergerakan saham Telkom akan masuk dalam tren kenaikan.
"Untuk pekan ini, sebenarnya masih tipis, mungkin bisa naik 100 poin sudah cukup bagus menjadi Rp3.700 per saham," jelasnya.
Kenaikan diprediksi berlanjut hingga satu bulan kemudian dengan target harga Rp4.100 per saham. Menurut dia, saham Telkom cocok bagi pelaku pasar yang ingin berinvestasi dalam jangka panjang. Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama berpendapat pelaku pasar bisa melakukan akumulasi beli pada saham Telkom mulai pekan ini. Akumulasi beli berarti pelaku pasar bisa membeli saham secara bertahap, tidak sekaligus dalam jumlah banyak.
"Bisa mencicil beli atau beli ketika harga melemah (buy on weakness) dengan target harga jangka panjang di level Rp4.440 per saham," tutur Kevin.
Analis Trimegah Sekuritas Rovandi menjagokan saham Astra International. Saham emiten berkode ASII itu dinilai secara teknikal sudah berada dalam area jenuh jual. Laju saham perusahaan terpantau terus turun sejak awal Maret. Misalnya saja, pada 5 Maret 2018, harga saham masih di level Rp8.150 per saham. Namun, pada penutupan perdagangan pada Kamis (29/3) lalu berakhir di level Rp7.300 per saham.
"Sekarang, saham Astra International sudah masuk dalam area akumulasi beli," katanya.
Apalagi, saham perusahaan tercatat sudah menunjukkan kenaikan pada pekan lalu sebesar 1,03 persen ke level Rp7.300 per saham dari Rp7.225 per saham. Lebih lanjut Rovandi mengatakan pelemahan saham perseroan tidak terlepas dari kinerja keuangannya yang tidak memberikan kejutan lebih kepada pelaku pasar.
"Kemudian, penjualan otomotif juga masih menjadi tantangan tahun ini. Itu juga memengaruhi," ujar Rovandi.
Laporan keuangan perusahaan menunjukkan laba bersih naik 25 persen dari Rp15,15 triliun menjadi Rp18,88 triliun. Lini usaha otomotif terlihat memberikan kontribusi tertinggi, tetapi laba bersih dari sektor itu sebenarnya turun tiga persen jadi Rp8,9 triliun dari posisi 2016 lalu yang sebesar Rp9,16 triliun. Beruntung saham Astra International sudah masuk dalam area jenuh jual saat ini. Sehingga, Rovandi yakin saham perusahaan akan bangkit (rebound) dan mengarah ke level Rp7.500 pada pekan ini.

Baca juga: Apa Alasan Jokowi Buka Peluang Lebar Untuk Tenaga Kerja Asing?

Rovandi menambahkan pelaku pasar juga bisa membeli saham PT Matahari Department Store Tbk karena pergerakannya terbilang stabil ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi beberapa waktu terakhir ini. Pada penutupan perdagangan Kamis (29/3) lalu saja, saham Matahari Department Store naik tajam hingga 3,3 persen ke level Rp10.950 per saham. Kondisi itu jelas berbeda dengan saham Telkom dan Astra yang ikut turun mengikuti laju IHSG.
"Ini juga karena tidak banyak pelaku pasar yang membuat spekulasi pada saham Matahari Department Store," tandas Rovandi.
Rovandi meramalkan harga saham Matahari Department Store masih bisa meningkat ke level Rp12.000 per saham. Artinya, saham emiten berkode LPPF ini berpeluang meningkat sebesar 9,58 persen.Nah apa memang benar - benar saham tersebut bisa diambil alih? mari kita tunggu.

Jika Bermanfaat Ayo Bagikan pengalaman Anda Juga di Sini. Terimakasih Salam Sukses :)
EmoticonEmoticon

IBX5B3511E25E8EF