6 Apr 2018

BBM Naik, Inflasi Bulan April Membengkak 0,2 Persen!

Inflasi Bulan April Membengkak 0,2 Persen!

Seperti yang dilansir oleh BPS mengungkapkan bahwa indeks harga Konsumen (IHK) meningkat 0,2 persen secara bulanan (month to month) pada Maret 2018. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, inflasi ini tercatat 3,4 persen persen secara tahunan (year on year/yoy).

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan akibat kenaikan inflasi, inflasi secara tahun kalender (year to date) tembus 0,99 persen. Ia melanjutkan rata-rata seluruh kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga sepanjang Maret. Untuk inflasi pengeluaran bahan makanan, contohnya, inflasinya tercatat 0,14 persen secara bulanan yang dipengaruhi kenaikan harga cabai merah, bawang putih, dan bawang merah.

Inflasi Bulan April Membengkak 0,2 Persen Akibat BBM Naik

Tak hanya bahan pangan, komponen pengeluaran makanan jadi dan tembakau mengalami inflasi 0,26 persen sepanjang Maret yang disebabkan karena kenaikan harga rokok kretek 0,1 persen. Selain itu, inflasi tertinggi, yakni pengeluaran untuk kesehatan dengan angka 0,37, tapi andilnya terhadap inflasi sangat kecil, yakni 0,01 persen. Di antara seluruh kelompok penyumbang inflasi, Suhariyanto menilai kelompok pengeluaran transportasi, jasa keuangan, dan komunikasi sebagai biang keladi inflasi Maret. Dengan nilai inflasi 0,28 persen.

Kontribusinya ini mencapai 0,05 persen terhadap keseluruhan nilai inflasi. Ia bilang hal ini dikarenakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi, seperti Pertalite dan Pertamax.
"Di akhir Februari, Pertamax dan Pertamax Turbo harganya naik. Lalu, 24 Maret ada kenaikan Pertalite sebesar Rp200 per liter. Jadi, kami pikir dampak kenaikan dari 24 Maret akan terus berlangsung hingga April ini," imbuh dia, Senin (2/4).
Kendati demikian, tak semua komoditas menyumbang inflasi. Beras, contohnya, kini tak lagi jadi momok inflasi. Bahkan, beras menyumbang deflasi sebesar 0,1 persen terhadap kelompok pengeluaran bahan pangan sepanjang Maret 2018. Hal ini disebabkan oleh harga gabah kering yang turun tajam lantaran sudah masuk masa panen raya. Adapun, GKP Maret di tingkat 8,65 persen secara bulanan dan harga beras di penggilingan turun Rp9.698 per kilogram (kg).
"Meski demikian, kalau dilihat menurut komponen pembentuknya, inflasi bahan pangan bergejolak tercatat 0,15 persen karena ada lonjakan harga bumbu-bumbuan," paparnya.
Baca juga: Apa Alasan Jokowi Buka Peluang Lebar Untuk Tenaga Kerja Asing?

Selain itu, dari 82 kota yang menjadi survei IHK bulan lalu, masih ada 25 kota yang tercatat deflasi. Adapun, deflasi tertinggi terjadi di Tual dengan nilai 2,3 persen dan deflasi terendah di Bulukumba 0,01 persen.
"Dengan target APBN 3,5 persen, inflasi tahunan 3,4 persen masih sesuai," terang dia.
Terlebih lagi sekarang ekonomi dan bisnis yang dijalankan pemerintah seperti tidak masuk akal, banyak sekali bahan pokok dan lain - lain. Yang tiba - tiba menaik drastis tanpa sebab. Apakah ini ada hubungan dengan politik buruk? mari kita tunggu. Terlebih lagi pemilu 2019 sudah dekat dan ini masih saja terjadi. Apa yang harus pemerintah lakukan? belum ada penjelasan lebih lanjut tentang hal ini.

Jika Bermanfaat Ayo Bagikan pengalaman Anda Juga di Sini. Terimakasih Salam Sukses :)
EmoticonEmoticon

IBX5B3511E25E8EF